Yesus Sebagai Anak Manusia
Gelar
ini, dapat dikatakan sebagai gelar favorit Yesus. Dan hampir semua diucapkan oleh
Yesus sendiri. Pada zaman Yesus, memeakai ungkapan ini dianggap sopan bila
mengacu pada diri sendiri dalam keadaan tertentu, kendati beda pendapat apakah
kata itu dipakai untuk membuat pernyataan tentang umat manusia secara umum
termasuk pembicara secara khusus, atau untuk membuat pernyataan yang mengacu
hanya kepada pembicara.
Yesus
sering menggunakan ungkapan itu, dan tampilnya ungkapan itu dalam injil
sinoptis menimbulkan perdebatan.
1. Pada
satu pihak, ada anggapan bahwa asal makna ungkapan itu ialah Dan 7:13 yang
merujuk pada kedatangan sesosok mahkluk sorgawi yang dilukiskan dengan segala
perlambangan dalam apokaliptik. Beberapa ahli seperti Norman Perrin dalam
bukunya A Modern Pilgrimage in New
Testament Christology, 1974 berpendapat bahwa gereja perdana yang pertama
memakai konsep ini untuk melukiskan peranan Yesus dimasa akan datang; sedangka
yang lain mengemukakan pendapat berdasarkan Lukas 12:8, bahwa Yesus
memperlihatkan datangnya seorang tokoh zaman akhir yang lain dari diriNya
sendiri, yang akan membela perkerjaan Yesus, dan oleh Gereja perdana, di
kemudian hari menyamakan Yesus dengan tokoh yang akan datang itu. Pendapat yang
lain, mengatakan bahwa Yesus memandang kepada kedatanganNya yang akan datang
sebagai Anak Manusia.
Disamping
penalaran masa depan di atas, ada ayat-ayat yang berbicara tentang otoritas dan
kehinaan anak Manusia.[1]
Dan ada juga yang menubuatkan penderitaan, kematiaan dan kebangkitanNya.[2]
Memang memprihatinkan melihat bagaimana pernyataan-pernyataan demikian dibuat
Tentang
Anak Manusia yang dilukiskan dalam Daniel 7. Karena itu, banyak Ahli Berpendapat
bahwa pemakaian kata Anak Manusia dalam ucapan-ucapan seperti itu, berasal dari
gereja perdan yang sesuadah menyamakan Yesus dengan Anak manusia yang akan
datang mulai memakai gelar itu berkaitan dengan pekerjaanNya dan penderitaaNya
waktu hidup dibumi ini. Ahli-ahli lain berpendapat bahwa Yesus memberikan
tafsiran ulang atas hasil kreasiNya sendiri, mengenai peranan anak Manusia
berdasarkan pengaruh nubuat tentang hamba Yahweh yang menderita (Yes
52:13-53:12)
2. Dipihak
lain, beberapa ahli menerima pemakaian kata aslinya sebagai sebutan diri
sendiri dalam bahasa Aram, dan atas dasar itu mereka berpendapat bahwa Yesus
menggunakan kata ini sebagai penunjukan atas dirinya sendiri. Berdasarkan
pandangan ini, maka penyataan dalam kitab-kitab injil yang isinya tidak
apokaliptik dan yang mengacu kepada Yesus sebagai manusia, nampaknya adalah
otentik. Di kemudian hari, pemakaian istila itu oleh Yesus menuntun gereja
mulai menafsirkan ulang ajaran Yesus dalam nada apokaliptik.
Berkaitan
dengan uraian diatas, akan aneh jika Yesus tidak mengetahui bahwa hidupnya akan
demikian. Dan ucapan Yesus “siapakah Anak Manusia itu? Yoh 12:34 pasti akan
mebingungkan. Agaknya Ia sengaja mempertanyakan itu untuk menutupi sebagian
klaimnya sendiri guna menghindari kemungkinan timbulnya harapan-harapan palsu.
Kebijakan itu menuntut kekuasaan tapi justru kekuasaanlah yang harus ditolak
oleh manusia. Jadi dalam ungkapan ini Yesus menyatakan bahwa Dialah Wakil Allah
bagi manusia, yang ditentukan untuk memerintah tapi ditolak oleh Israel,
dihukum dan menderita, tapi dibela oleh Allah.
Ada
beberapa petunjuk lain yang perlu diperhitungkan. Bila Yesus berbicara tentang
tokoh yang harus dinantikan maka ada dua hal yang penting yaitu:
1. Yesus
berbicara tentang anak Manusia dalam hal pribadi yang ketiga. (Mat 10:23; Luk
12:8,9).
2. Seperti
dalam Mat 10:32-33 bahwa Anak Manusia menunjuk pada Yesus sendiri. Bahkan ada
teks yang menunjukan bahwa antara Anak Manusia dan Aku ditamplikan secara
selang-seling.[3]
Bila
kembali melihat gelar yang digunakan oleh Yesus maka kita akan terkejut dengan
pemahaman tersebut. Yesus sadar bahwa jalan melayani yang ditempuhnya adalah
jalan derita dan kematian.
Dalam
kisah Mujizat Yesus menjadi jelas bahwa Yesus oleh Gereja Purba digambarkan
sebagai “Nabi eskatologis”. Tetapi gambaran itu tidak tanpa dasar: Yesus memang
tampil ke muka sebagai nabi, utusan Allah. Dari teks Injil, sendiri jelaslah
bahwa nama Anak Manusia mau mengungkapkan kuasa dan keagungan Yesus. Yesus
pertama-tama menyadari diri sebagai Anak Allah, tetapi karena Ia sadar diri
sebagai yang diutus oleh Allah, semakin sulit dapat diterima bahwa Yesus
sendiri menonjolkan kekuasaaNya sebagai hakim pada akhir zaman. Anak Allah
lebih searah dengan kenabian Yesus daripada sebutan anak Manusia, karena lebih
mengungkapkan kesatuan pribadi dengan
Allah. Anak Manusia juga bersatu dengan Allah, tetapi karena mengambil
kemuliaan dan kuasa Alla. Sebagai Putera Yesus lebih menghayati suatu hubungan
pribadi dengan Allah.
Sebaliknya,
mudah untuk menerima bahwa sikap dan tindakan Yesus menjadi alasan bagi para
muridNya untuk menghubungkan Dia dengan Anak Manusia dari apokaliptik. Dan
bukan hanya itu, dalam perkembangan tradisi sabda-sabda dari Yesus sejarah
dirumuskan dalam bentuk yang sama, juga sebagai sabda profetis dari anak
Manusia yang mulia. Dengan kata lain, ungkapan Anak Manusia tidak dikenakan
kepada Yesus sebagai sebutan diri. Tetapi sabda-sabda Yesus tetap ditujukan
kepada umat dalam bentuk petuah dari anak Manusia yang mulia. Tidak dibedakan
antara sabda Yesus di dunia dan sabda Yesus yang sebagai Anak Manusia duduk di
sebelah kanan Allah. nama Anak Manusia tidak hanya mengungkakan kuasa dan
keagungan Yesus, khususnya sejak KemuliaaNya, tetapi terutama kehadiranNya yang
tetap di dalam umatNya.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih kepada sobat sekalian yang sudah masuk ke blog ini. Jangan lupa untuk komentar ya.