Pembebasan Perempuan adalah Juga Pembebasan Lelaki (Compassionate and Free) Part 3


Pembebasan Perempuan adalah pembebasan manusia sejauh pembebasan itu berkaitan dengan semua orang agar menjadi peserta penuh dalam masyarakat  dunia. Reaksi yang menolak pembebasan ini yang khususnya adalah lelaki tidak lain hanya ketakutan akan amburknya sistem patriakhal. Gereja pun dari dulu memainkan suatu sturktur patriakhal dengan teologi yang dangkal terhadap kaum perempuan terutama di Asia.
Jika berpikir dengan menggunakan Historical Perspektive maka Marianne setuju bahwa telah terjadi zaman dulu suatu kebudayaan matriakhal yang mengakui satu tujuan dalam kehidupan, yakni kebahagiaan manusia. Kebudayaan ini juga tidak bertekad untuk menaklukan manusia. Itu berarti menurutnya bahwa filsafah dan agama yang berdasaran kaum lelaki kemudian memainkan peran untuk mengeksploitasi perempuan. Hal ini terbukti dengan pemahaman tentang perempuan dalam masyarakat Asia terutama dalam penggunaan istilah untuk kaum perempuan itu mis.; empu (berdaulat, ibu), puan. Kata-kata ini pun kemudian bergeser dengan sejumlah kata yang hanya sebagai indikator subordinasi.


Kedudukan perempuan selama ribuan tahun semakin merosot dari yang ditinggikan, berdaulat, ia menjadi budak dan objek seks. Hal ini semakin merambah cepat ke dalam konteks Asia yang tentunya masih sedikit lebih baik daripada konteks barat yang bersifat individulitas dan alienasi yang ekstrim. Citra diri perempuan Asia pun selalu dijiplak dari perempuan barat. Sebagian orang Asia terkhususnya perempuan, bahkan seorang Kartini pun, menganggap suatu kebebasan bagi perempuan di Asia adalah dengan menjadi sama dengan saudara perempuan mereka yang di barat. Dan ini adalah suatu kesalahan yang sangat fatal.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Liturgi (Tata Ibadah) Natal Sekolah

Alkitab Sebagai Dasar dari Konseling Pastoral - Part 1

Lonceng Natal - Puisi Natal Anak