Jika Saya Menulis Surat Kepada Tuhan
Saya senang sekali menulis sejak masih SD, apapun itu pengalaman saya selalu dituangkan ke dalam sebuah buku yang sering saya sembunyikan agar seorangpun tidak dapat membacanya. Mulai dari pengalaman yang menarik, kecewa, bahkan ada saat beberapa lembaran buku yang masih berbekas airmata. Tulisan-tulisan itu menjadi teman hidup saya selama tidak ada teman untuk berbagi. Bahkan saya pernah hampir satu tahun menuliskan segala berita yang terjadi pada tahun 2005/2006 saat masih berada di kelas 1 SMA, saya sering menuliskan bagaimana lumpur Lapindo baru mulai munyemprotkan lumpur hingga ia benar-benar memuntahkan segala isi perut bumi hingga menjadi lautan lumpur seperti saat ini. Saya selalu mengingatnya karena saya menulisnya.
Saya menulis karena saya ingin menulis, bukan karena saya ingin tulisan saya dibacakan atau digemari orang-orang. Saya terus belajar bagaimana menuliskan sesuatu hingga saya menyadari bahwa dengan menulis kita bisa melayani orang lain, sehingga dengan tulisan ini juga saya berharap ada yang bisa mendapatkan sesuatu. Namun, semakin saya berusaha menulis dengan baik, ternyata saat itu saya menyadari bahwa tidak ada tulisan yang sempurna yang sempurna adalah maksud dari tulisan itu.
Selama pengalaman menulis jurnal pribadi, saya bahkan mungkin kita yang pernah menulis pernah mencurahkan seluruh isi hati kita kepada Tuhan. Mungkin kita menuliskan kekecewaan kita pada Tuhan, ataupun ungkapan syukur kepada-Nya. Segalanya yang ingin kita sampaikan kepada Tuhan kita Tulis di lembaran kertas. Jari-jari kita menari jujur di atas kertas tersebut tentang apa yang kita rasakan buat Tuhan (atau mungkin ada yang menggunakan media elektronik, seperti e-diary).
Bagaimana jika kita menuliskan sesuatu untuk Tuhan? Menulis kepada Tuhan tidak bisa dipahami secara Harafiah, namun setidaknya merupakan salah satu Metode kita mengungkapkan apa yang ada dalam isi hati kita yang kemudian ingin kita keluarkan. Ada berbagai metode yang sekarang ditawarkan dari berbagai Ahli misalnya dengan membaca perikop Alkitab dan menuliskan apa saja yang digumuli, atau yang merasa bingung dan kemudian ingin ditanyakan, atau menyatakan rasa marah, sedih, bahkan kecewa kepada Tuhan. Tapi saya lebih menyenangi menulis dari pengalaman saya sendiri. Dari apa yang saya jumpai disekitar saya, kemudian saya menulisnya kepada Tuhan. Namun saya sering berandai-andai bahwa jika saya mendapatkan kesempatan untuk menulis surat kepada Tuhan? Apa yang saya tuliskan?
Ternyata ada sebuah lagu yang sudah menceritakan seseorang yang mengandaikan menulis suratnya kepada Tuhan. Note to God, lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi remaja dari Philipina, Charice Pempengco. Dan diiringi oleh Musisi besar David Foster. Lagu ini sudah menyentuh hati ribuan orang sehingga mengeluarkan airmata saat Charice menyanyikannya pada Oprah Winfrey Show.
If I wrote a note to God
I would speak whats in my soul
I’d ask for all the hate to be swept away
For love to overflow
If I wrote a note to God
I’d pour my heart out on each page
I’d ask for war to end
For peace to mend this world
I’d say, I’d say, I’d say
If I wrote a note to God
I’d say please help us find our way
End all the bitterness
Put some tenderness in our hearts
And I’d say, I’d say, I’d say
Give us the strength to make it through
Help us find love cause love is over due
And it looks like we haven’t got a clue
Need some help from you
Grant us the faith to carry on
Give us hope when it seems all hope is gone
Cause it seems like so much is goin wrong
On this road we’re on
No, no no no
We can’t do this on our own
Pengalaman luar biasa dari penulis lagu ini yang menuliskan apa yang ingin dituliskannya bagi Tuhan. Banyak sekali permintaannya yang menyangkut dengan kepentingan bersama (Universal). Namun, sebelum ia meminta segalanya dari dalam lubuk hatinya, ia terlebih dahulu meminta kepada Tuhan untuk menghapuskan semua kebencian dalam hatinya karena cinta akan meluapi segalanya.
Jika saya yang menulis kepada Tuhan, mungkin akan terlalu banyak permintaan atau apapun itu yang lebih panjang dari lagu ini. Namun saya semakin dekat dengan Tuhan, semakin saya tidak bisa menulis apa-apa lagi. Bahkan saya sering berpikir bahwa berikan saja kertas yang belum dituliskan apa-apa kepada Tuhan, biarkanlah Tuhan yang menuliskan sesuatu kepada saya. Namun semakin lama saya bisa menulisnya.
Jika saya menulis surat kepada Tuhan. Singkatnya akan seperti ini;
“Tuhan,
Terima kasih karena Engkau mau membaca suratku ini. Dan Aku bisa menjumpaiMu lewat surat ini. Aku ingin melakukan semua pekerjaanmu sampai aku menutup mata, aku ingin membuat orang yang menangis menjadi tersenyum, aku ingin menghangatkan orang yang dingin. Mampukanlah aku melakukan tugasMu. Aku menyayangiMu Tuhan. Jika Engkau berkehendak, aku akan membiarkan kertas kosong agar Engkau bisa menulis sesuatu juga kepadaku.
Aku Mencintaimu
Salam, AnakMu
Itulah mungkin jika saya menuliskan sebuah surat kepada Tuhan, tapi akan menjadi beda jika saya akan menuliskan kedalam catatan. Namun, menulis adalah cara yang Indah bertemu dengan Tuhan. Lalu, Bagaimana denganmu???
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih kepada sobat sekalian yang sudah masuk ke blog ini. Jangan lupa untuk komentar ya.