DARI PASAR KAGET KE IMAN KAGET

Kaget, memang sungguh mengagetkan. Semua terjadi begitu cepat ketika melihat asap dari bangunan yang terbakar, maupun mendengar bunyi tembakan. Semuanya datang begitu cepat dan mengejutkan setiap warga kota ambon yang sedang menikmati liburan di hari Minggu 11 September 2011. Tidak pernah terpikir untuk terjadi kerusuhan seperti ini. semua tak menyangka dan tentunya tak ingin hal itu terjadi.
 Dalam suasana yang sempat mencekam, maka mau tidak mau, kita harus tetap berusaha untu menjalankan kehidupan. Misalnya dengan tetap mempertimbangkan keadaan tempat tinggal maupun sesuatu yang berurusan dengan perut.

Pasca Konflik, kita masih belum bisa berjalan dengan leluasa, ke Pasar Mardika (pusat) pun belum bisa. Akhirnya munculah pasar dadakan yang biasa dengan nama pasar “kaget”, kaget memang karena tiba-tiba orang berjualan di depan rumah kalian. Pasar ini sangat memudahkan masyarakat namun harga-harga harga barang yang dijual mencekik leher para pembeli. Sungguh ironi skali. !
Perubahan ini bukan terjadi di pasar saja, tapi juga pada ibadah-ibadah yang di lakukan. Semakin giat saja masing-masing para pemeluk agama untuk melakukan kegiatan beribadah. Seperti baru kaget dari tidur saja. Ya, kita kaget, dan Kita baru mengingat Tuhan. Itulah Iman Kaget. (Tentunya anda akan berkata bahwa beriman itu bisa ditanggapi dengan berbagai cara, tapi marilah kita mengandaikan satu saja sebagai contoh yaitu “ibadah”.) Semakin rajin kita menuju tempat ibadah, semakin rajin kita berdoa. Seakan mencari simpati Tuhan terhadap apa yang dialami. Mental kita bahkan hampir sama saja dengan para penjual yang berada pada pasar kaget. Sayangnya selama ini mereka dilarang berjualan di tempat selain pasar. Mereka selalu dikejar tapi tetap saja kembali. Tapi sayangnya, bagiamana dengan kita para pemeluk agama yang budiman?
Kita tak pernah dilarang untuk pergi beribadah, tapi kita malas beribadah. Kita tidak pernah dikejar dari tempat beribadah, tapi untuk melihat tempat ibadah, kita bagaikan melihat penjara. Oh, jangan munafik di hadapan Tuhan, jika ini jadi momentum untuk kita lebih sungguh-sungguh mendekat kepadanya. Lakukanlah itu dengan penuh komitmen.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Liturgi (Tata Ibadah) Natal Sekolah

Lonceng Natal - Puisi Natal Anak

Alkitab Sebagai Dasar dari Konseling Pastoral - Part 1