BERTEMU VINCENT VAN GOGH DI BAWAH BINTANG-BINTANG MALAM

Sempat Saya kecewa dengan Nama saya sendiri. Bagaimana tidak,? Bukan orang tua saya yang memberi nama tersebut. Nama “Vincent” bahkan tidak bisa dieja dengan tepat oleh kedua orang tua saya. Nama ini diberikan oleh orang tua Baptis saya yang berada di Belanda. Ia tak pernah memberitahukan apa artinya hingga sekarang ini. Sehingga saya yang sering mencari.
Setelah sekian lama mencari arti nama saya, saya merasa bahagia menemukannya malam ini. Bahkan, saya merasa bangga memiliki nama “Vincent” (Walaupun ini nama yang umum untuk daerah tertentu) nama yang indah bagaikan bintang-bintang di langit. Seperti Sang bintang sejati Vincent Willem van Gogh (30 Maret 1853 – 29 Juli 1890)
, yah, sang bintang yang memiliki hidup yang suram sebelum ia bersinar terang. Lukisannya membuat saya terharu. Betapa tidak, ia menorehkan seluruh kegalutan hidupnya dalam lukisan-lukisannya yang indah. Bahkan dari lukisannya kita bisa melihat bagaiman pergumulan hidupnya. Lukisan adalah teman baginya, melukiskan berarti bercerita saat tidak bisa mengatakan sesuatu apapun pada orang lain.
Akhir dari kehidupannya memang tragis, ia menembak dirinya sendiri, bahkan ia pernah menjadi salah satu penghuni Rumah Sakit Jiwa Saint-Remy. Bagaimana tidak? Ia selalu bergumul dengan kehidupannya yang begitu depresi. Namun di situlah (Rumah Sakit Jiwa Saint Remy) ia membuat karya nya yang sangat fenomenal yaitu “stary-stary night” 1889. Ia bahkan memiliki 900an lebih lukisan hanya dalam jangka waktu 10 tahun sebelum ia meninggal. Memang apa yang dialaminya selama hidup tak seindah lukisannya. Namun ia berusaha membuat tetap melukis, bahkan dari suratnya kepada saudaranya Theo ia mengatakan bahwa: “Walau saya menemukan bahwa saya kesulitan keuangan, namun ada hal yang lebih penting yaitu kerajinan”.
Kini sang Pelukis itu telah tiada, bahkan saudaranya Theo yang merupakan orang terdekat dengannya telah meninggal 6 bulan setelah Vincent Gogh tiada. Yang tersisa adalah karyanya. Dari lukisannya kita bisa mengetahui hatinya.
Ia memang sangat terobsesi dengan lukisan, ia bahkan sangat mencintai lukisan-lukisan itu walau tidak mungkin lukisan itu kembali mencintainya. Namun yang ia lukiskan adalah apa yang di lihatnya yaitu alam. Kekagumannya yang luar biasa terhadap kehidupan alam. Begitu juga dengan saya.
Lukisannya seakan hidup. Lukisannya bercerita. Ia ingin mengatakan sesuatu kepada dunia dengan lukisannya. Andaikan saya bisa melukis, saya akan melukis dua Vincent yang berpegangan tangan di bawah bintang-bintang malam, di dalam lukisannya “Starry, starry night”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Liturgi (Tata Ibadah) Natal Sekolah

Lonceng Natal - Puisi Natal Anak

Alkitab Sebagai Dasar dari Konseling Pastoral - Part 1