Sisi Lain Dari Persitiwa Tenggelamnya SPEADBOAT INARISSA


Peristiwa tenggelamnya speedboat Inarissa yang bertolak dari pelabuhan Tulehu (Kab. Maluku Tengah) menuju Negeri Kamarian (Kab. Seram Bagian Barat), tentu meninggalkan duka bagi keluarga dari korban yang meninggal dunia. Peristiwa itu juga mengakibatkan trauma bagi 11 orang yang selamat dan trauma bagi masyarakat yang menggunakan jasa speadboat untuk menyebrangi laut.
Salah Satu Speadbiat yang berada di Desa Kamarian
Speadboat Inarissa ditumpangi oleh 20 orang ditambah dengan sejumlah barang seperti beras, berbagai karton, dll., sehingga diduga bahwa speadboat tersebut kelebihan muatan. Namun, alasan utama penyebab kecelakaan adalah cuaca yang buruk sehingga gelombang sangat besar.
 Di dalam postingan ini, saya ingin menuliskan sisi lain dari peristiwa kecelakaan laut tersebut. Sisi yang tidak pernah terungkap oleh media dan sisi yang sangat mengharukan.

·        Dari Data yang saya temukan bahwa beberapa yang meninggal adalah mereka yang berpasangan. Misalnya saja Tante saya (Ibu O. W/K) dengan cucunya (V.B.) yang duduk di bangku SMP kelas 3. Begitu juga dengan pasangan Ibu Anak yang berasal dari Desa Tihulale, ada juga pasangan Nenek dan Cucunya. Dan yang terkahir Ayah (A.P) dan Anaknya. Mereka semua meninggal. Dan beberapa belum ditemukan.

·        Sisi lain yang saya temukan yaitu dari salah satu pasangan yang meninggal yaitu Ayah dan Anak, ternyata mereka bukan berdua saja, mereka adalah bertiga dengan seorang ibu. Hanya saja Ibu tersebut selamat dengan cara berenang dengan dengan menggunakan “Jerigen (Gen, Cerigen)” Bensin. Lebih tragisnya, melalui sumber info dari anggota keluarga mereka mengatakan bahwa Ibu tersebut sebelumnya sempat menyelamatkan anaknya namun anak tersebut meninggal saat berada dalam pelukannya, saat itu karena menyelamatkan dirinya ia pun berdoa untuk melepaskan anaknya yang meninggal dan kembali berenang menyelamatkan dirinya. Sungguh sisi lain yang sangat tragis, tapi entah itu kebenarannya terukur sampai mana, namun saya mendapatkan info dari sumber yang terpercaya. Dan kini ketika anak tersebut ditemukan keesokan harinya setelah kecelakaan tersebut, ibunya hanya memandang jenazah anaknya dan terus menangis.

·        Beberapa saat sebelum Speadboat tenggelam Tante saya sempat menelpon dan mengatakan kepada om saya bahwa mereka hampir saja tenggelam. Beberapa menit kemudian om saya kembali menelpon tante saya, dan ternyata no Hp-nya sudah tidak aktif lagi.

·        Sisi lain yang terakhir yaitu dalam proses pencarian korban. Saat akan dimulai pemakaman Almarhumah tante saya, terdengar kabar bahwa cucunya telah ditemukan. Om saya yang sedang bersedih pun tidak mengambil pusing dengan info tersebut. Ia sempat beradu mulut dengan salah seorang pelayat yang mengatakan bahwa om saya harus berusaha mengecek info tersebut. Om saya pun naik pitam, karena kesedihan dan keletihannya, ia mengatakan bahwa ia sudah bosan mendengar info-info dari pihak manapun. Ia selalu tertipu dengan info-info yang tidak jelas. Dimanapun orang memberikan info bahwa ditemukan jenazah di suatu tempat, ia akan pergi, tidak memandang dimanapun dan kapanpun. Namun, tidak pernah ada hasil. Beredarnya info yang tidak benar mengakibatkan keluarga korban tambah sengasara.

Disamping sisi lain yang utama di atas, ada juga sisi yang saya alami sendiri yaitu:

1.    Saya dan tiga orang teman yang lain mengikuti KKN selama hampir dua bulan di Negeri (Desa) Kamarian. Untuk itu kami sangat mengenal betul masyarakat di sana, bahkan mereka menjadi keluarga kami yang baru. Kami pun baru sebulan lebih berpisah dengan mereka (sejak 21 November 2011) untuk itu ikatan emosional masih dalam keadaan yang panas-panasnya.
Peristiwa ini kami dengar dengan cara yang tragis, dimana berita tersebut didengar beberapa jam setelah kami mempresentasikan hasil pergumulan kami setelah hidup di Negeri Kamarian tersebut dengan mengangkat suatu masalah utama yang terjadi. Beberapa jam setelah kami selesai di uji oleh para dosen, kami mendengar kabar bahwa terjadi kecelakaan laut yang korbannya adalah orang Kamarian. Hal itu membuat kami tersentak dan sedih.

2.   Sabtu 21/1, saya mengadakan kontak dengan para keluarga yang berada di Kamarian, dan tidak menyangka bahwa salah dua korban adalah keluarga saya sendiri. Pada hari minggu pagi juga terdengar kabar melalui TV telah ditemukan 3 Jenazah korban. Untuk itu hari minggu pagi, saya merencanakan perjalanan ke Kamarian, tapi karena menunggu kiriman uang dari orang tua, maka perjalanan itu tertunda sampai Pkl. 15.00 WIT. Perjalanan yang jauh dari Ambon ke Pelabuhan Liang mengakibatkan saya harus menyebrangi laut dengan Kapal Fery Terubuk yang beroperasi Pkl 18.00 WIT. Hampir saja Fery tersebut tenggelam mengikuti Speadboat Inarissa. Bagaimana tidak? Lautan sudah gelap ditambah dengan hujan dan angin yang kecang. Kepanikan pun terjadi dalam kapal tersebut, dan beberapa orang muntah-muntah karena gelombang yang sangat besar.

3.   Setelah saya sampai di Kamarian Pkl 21.30 WIT, saya langsung menuju ke keluarga kami yang sedang berduka dan baru menemukan satu saja anggota keluarga kami. Saya pun mengunjungi satu keluarga lain yang berduka.

Melihat sisi lain dari sebuah peristiwa membuka wawasan kita bahwa suatu peristiwa sangat kompleks. Berbagai hal bisa saja terjadi di luar dugaan kita.

Komentar

  1. memberi inspirasi,, good job bro,,,

    saya teringat ketika kejadian tabrakan maut tahun 2009 yang menimpa pembalap ferari Felipe Massa,,, ketika dibawa keruma sakit Felipe berkata
    " anda tak pernah belajar menghargai hidup sampai anda mengalami 10 detik saja yang menentukan hidup anda, akan membawa anda menghargai & menerima hidup lebih bijak"

    salam.

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih kepada sobat sekalian yang sudah masuk ke blog ini. Jangan lupa untuk komentar ya.

Postingan populer dari blog ini

Liturgi (Tata Ibadah) Natal Sekolah

Lonceng Natal - Puisi Natal Anak

Alkitab Sebagai Dasar dari Konseling Pastoral - Part 1