KOMUNIKASI YANG EFEKTIF UNTUK MENCERDASKAN ANAK

Beberapa waktu lalu, saya sempat dikritik oleh dosen saya soal postingan milik saya yang nyasar sampai masuk ke salah satu Grup di Facebook. Tak menyangka bahwa link yang saya kirim ke grup itu dibukanya. Bagaikan disambar petir, ia langsung memberikan komentarnya. Sungguh ironis, karena itu postingan pertama saya yang sedikit aneh (hasil uji coba) karena saya coba-coba untuk mem-posting tulisan yang panjang dan memiliki catatan kaki. Padahal tulisan dengan judul ini sedang saya persiapkan untuk postingan yang berikutnya.

Kejadian itu sempat membuat pipi saya memerah, walau hanya di depan laptop. Bagaimana tidak, tak menyangka komentar itu didepan orang-orang yang berada di Grup. Saya pun selama ini berusaha membuat tulisan yang simpel dan mudah dimengerti, tapi itu pertama kali hasil uji coba, dan pertama kali di kritik pedas. Tapi siapa juga menyangka kalau yang mengomentari postingan itu adalah salah seorang Blogger sejati? Yah, dialah orang yang saya kagumi selama ini. Jujur saja, ujung-ujungnya saya bersyukur mendapat komentar itu. Kapan lagi mendapat ilmu dari beliau?
Ada pelajaran yang saya temui dari pengalaman tadi. Ini juga sesuai dengan pertanyaan teman-teman soal postingan saya dua hari lalu tentang Anak-anak adalah Masa Depan Kita. Tentang bagaimana membangun komunikasi yang efektif untuk mencerdaskan anak? Hal ini disebabkan karena sulitnya orang dewasa membangun komunikasi dengan anak-anak. Apabila komunikasi terpaksa dilakukan, akan turut mempengaruhi anak tersebut. Berikut beberapa penjelasan.
Jangan Menginterupsi, Biarkanlah mereka berbicara, dan menyimak dengan baik. Saat anak-anak sedang berbicara, jangan pernah memotong pembicaraan mereka. Bila perlu berlutut hingga kita memiliki posisi yang sama dengan mereka. Saat mereka berbicara jangan berpikir dulu mengenai pendapat kita tentang anak perkataan anak tersebut. Apalagi merencanakan akan menjawab apa nanti setelah anak selesai bebicara. Simaklah apa yang menjadi kemauan anak tersebut. Bila perlu cek kembali apakah yang kita tangkap dari pembicaraan ia.
Sikap di atas, memperkuat keinginan anak untuk berbagi pengalaman dengan kita. Untuk itu kita harus konsisten dalam pelaksanaannya, dengan demikian mereka akan meniru kebiasaan kita serta akan menampilkan sikap yang sama apabila kita berbicara dengan mereka.
Selain itu, hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah apa yang mereka katakan (verbal) dan apa yang mereka ekspresikan (non-verbal). Kecakapan untuk mengamati itu sangat penting. Begitu juga dengan sikap yang kita tampilkan kepada mereka, misalnya nada suara yang tinggi, raut wajah yang cemberut, dsb. Hindari pemberian cap atau label terhadap anak, misalnya dengan mengatakan: “memang kamu pemalas”, “nakal”, dsb. Berikan bagi mereka pujian atas perilaku yang baik dan juga menjelaskan (kritik) mereka jika terjadi perilaku yang buruk.
Komunikasi Yang Efektif. Komunikasi adalah proses dua arah. Mencerdaskan anak pada dasarnya adalah membuat anak mampu beradaptasi dengan lingkungan, mampu mengatasi hambatan yang ditemui dalam hidup dan menggunakan informasi serta ketrampilan hidup yang dimilikinya untuk mencapai aktualisasi diri.
Anak bisa berkembang jika mereka mendapat infromasi yang benar, dan ada jalurnya antara mereka dan kita semua sebagai mediator. Makin banyak mereka menyerap informasi, makin sehat perkembangan otaknya dan makin optimal perkembangan kecerdasannya.

Sulit bukan? Yah memang sulit bagi kita yang suka mengkritisi orang lain. Layaknya orang dewasa, anak-anak diperlakukan dengan hal yang sama. Mereka tak punya ruang untuk berbicara. Mereka dipaksa untuk menjadi pendengar yang setia. Tapi itu juga terjadi antar orang dewasa. Saya hanya tersenyum. Karena itu juga terjadi di antara kita. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Liturgi (Tata Ibadah) Natal Sekolah

Lonceng Natal - Puisi Natal Anak

Alkitab Sebagai Dasar dari Konseling Pastoral - Part 1