Vincent Van Gogh Sebuah Biografi Yang Tragis
Saya sangat senang "mengunyam" dua buku tentang Vincent Van Gogh ini. Serasa mengunyam diri sendiri. Sambil terus bertanya, siapakah saya? siapakah saya di depan banyak orang? bergunakah saya di dunia? apa tujuan pengabdian saya?
Saya malah dibawa untuk menepis semua itu, dan masuk ke dalam alam yang melankolis, penuh bunga, bintang, dan berpasrah pada kekuasaan alam. Suatu alam eksentrik yang membawa senyum bagi orang yang tertidas, dan harapan bagi orang yang miskin. Saya sangat terlena dalam nuansa eksentrik Van Gogh dan tenggelam dalam gambarnya. Namun terus diajak menjadi orang yang realis. Menghadapi perjuangan yang tak kunjung berakhir.
Saya juga bersyukur lukisan Van Gogh yang terdata sampai sekarang sekitar 1400an, paling tidak masih panjang hidup saya untuk mengunyam satu persatu lukisan dan surat serta cerita hubungannya. Saya malah baru belajar memahami tiga lukisannya. Dan akan menjadi empat di esok hari karna pemberian Bu Tina.
Membaca buku-buku ini, menghadirkan nuansa-nuansa mistis yang sangat menggetirkan. Vincent Van Gogh dalam satu surat kepada adiknya berkata "andaipun aku tak menuai sukses, aku masih percaya, bahwa apapun yang telah ku kerjakan bakal terus berlanjut."
Oh ia, dalam biografinya, hubungan Van Gogh dan adiknya Theo sangat dekat. entah bagaimana saya menjelaskannya di sini. Tapi itu membuat saya merindukan adik saya di Ambon Olla Wenno. Apa yang dilakukan kita di malam hari? yah hanya jalan kaki dari OSM sampai lapangan merdeka. Duduk di bangku taman sambil makan gorengan. Sambil saya melirik langit sesekali melihat bintang, dan berharap mereka mencatat kejadian itu. Dan sekarang melihat Lukisan Van Gogh Starry, Starry Night tidak mengingatkan saya pada diri sendiri, tapi juga adik saya. Ku Rindu Padamu. Semoga kau baik-baik di sana... "Kita kelak jadi bintang-bintang kecil yang menghiasi malam."
Saya malah dibawa untuk menepis semua itu, dan masuk ke dalam alam yang melankolis, penuh bunga, bintang, dan berpasrah pada kekuasaan alam. Suatu alam eksentrik yang membawa senyum bagi orang yang tertidas, dan harapan bagi orang yang miskin. Saya sangat terlena dalam nuansa eksentrik Van Gogh dan tenggelam dalam gambarnya. Namun terus diajak menjadi orang yang realis. Menghadapi perjuangan yang tak kunjung berakhir.
Saya juga bersyukur lukisan Van Gogh yang terdata sampai sekarang sekitar 1400an, paling tidak masih panjang hidup saya untuk mengunyam satu persatu lukisan dan surat serta cerita hubungannya. Saya malah baru belajar memahami tiga lukisannya. Dan akan menjadi empat di esok hari karna pemberian Bu Tina.
Membaca buku-buku ini, menghadirkan nuansa-nuansa mistis yang sangat menggetirkan. Vincent Van Gogh dalam satu surat kepada adiknya berkata "andaipun aku tak menuai sukses, aku masih percaya, bahwa apapun yang telah ku kerjakan bakal terus berlanjut."
Oh ia, dalam biografinya, hubungan Van Gogh dan adiknya Theo sangat dekat. entah bagaimana saya menjelaskannya di sini. Tapi itu membuat saya merindukan adik saya di Ambon Olla Wenno. Apa yang dilakukan kita di malam hari? yah hanya jalan kaki dari OSM sampai lapangan merdeka. Duduk di bangku taman sambil makan gorengan. Sambil saya melirik langit sesekali melihat bintang, dan berharap mereka mencatat kejadian itu. Dan sekarang melihat Lukisan Van Gogh Starry, Starry Night tidak mengingatkan saya pada diri sendiri, tapi juga adik saya. Ku Rindu Padamu. Semoga kau baik-baik di sana... "Kita kelak jadi bintang-bintang kecil yang menghiasi malam."
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih kepada sobat sekalian yang sudah masuk ke blog ini. Jangan lupa untuk komentar ya.