Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2013

Apa Masih Penting Merayakan Hari Natal? - Catatan Sederhana

Gambar
Suasana menjelang Natal, atau bahkan Natal, di sini (Jogja) pasti akan berbeda dengan Ambon. Tidak ada kemeriahaan di ujung-ujung jalan. Tidak ada lampu-lampu natal yang mewah dan boros listrik. Tidak ada khas bau cat di rumah-rumah.,, Lagian, semua itu sulit terjadi karena minoritas adalah alasan yang tepat. Tapi bagi saya yang lebih tepatnya adalah kesadaran Natal bukan sebagai momen "konsumsi habis-habisan".  Begitu juga saya lebih memaknai Adven tanpa mengikuti ritual-ritual Natal yang sebaiknya tidak dilaksanakan saat masa Penantian. Lagian di kampung saya saat natal biasanya orang-orang mabuk dan berekelahi, entah apa hubungannya dengan kelahiran Yesus. Mirisnya, anak mereka lahir mereka tidak mabuk. Kok! Yesus lahir, mereka mabuk ya? Tapi bukan itu persoalannya, Bagi saya, jangan melewatkan masa penantian yang indah ini, dengan sikap dan hidup yang sederhana, serta mengoreksi diri. Jadi, Masih pentingkah Natal? Masih lah, siapa yang tidak kangen keluargan

Lukisan Vincent Van Gogh "Sorrowing Old Man"

Gambar
Lihat lukisan ini. Ekspresi yang sangat dalam. Seorang petani tua yang duduk nyaman dekat dengan kumpulan api yang menghangatkan. Sambil kedua telapak tangan memegang wajahnya. Saat-saat emosional seperti ini adalah saat di mana kehangatan mengingatkan akan kedekatan dengan "yang Ilahi". Tapi betapa sakitnya ketika Ia tak pernah diraih. Lukisan yang berjudul "Sorrowing Old Man" ini, dilukis Vincent Van Gogh saat dalam depresi begitu dalam. Dan sedikit saja yang saya tangkap dari maksud gambar ini adalah, si petani tua, miskin, bahkan depresi dapat memiliki suasana hati yang begitu emosional dan kerinduan akan kehangatanNya. Vincent Kalvin Wenno Yogyakarta 5 Desember 2013 Gedung Biblos UKDW

Vincent Van Gogh Sebuah Biografi Yang Tragis

Gambar
Saya sangat senang "mengunyam" dua buku tentang Vincent Van Gogh ini. Serasa mengunyam diri sendiri. Sambil terus bertanya, siapakah saya? siapakah saya di depan banyak orang? bergunakah saya di dunia? apa tujuan pengabdian saya?  Saya mal ah dibawa untuk menepis semua itu, dan masuk ke dalam alam yang melankolis, penuh bunga, bintang, dan berpasrah pada kekuasaan alam. Suatu alam eksentrik yang membawa senyum bagi orang yang tertidas, dan harapan bagi orang yang miskin. Saya sangat terlena dalam nuansa eksentrik Van Gogh dan tenggelam dalam gambarnya. Namun terus diajak menjadi orang yang realis. Menghadapi perjuangan yang tak kunjung berakhir. Saya juga bersyukur lukisan Van Gogh yang terdata sampai sekarang sekitar 1400an, paling tidak masih panjang hidup saya untuk mengunyam satu persatu lukisan dan surat serta cerita hubungannya. Saya malah baru belajar memahami tiga lukisannya. Dan akan menjadi empat di esok hari karna pemberian Bu Tina. Membaca buku-buku ini, meng