Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Apa Masih Penting Merayakan Hari Natal? - Catatan Sederhana

Gambar
Suasana menjelang Natal, atau bahkan Natal, di sini (Jogja) pasti akan berbeda dengan Ambon. Tidak ada kemeriahaan di ujung-ujung jalan. Tidak ada lampu-lampu natal yang mewah dan boros listrik. Tidak ada khas bau cat di rumah-rumah.,, Lagian, semua itu sulit terjadi karena minoritas adalah alasan yang tepat. Tapi bagi saya yang lebih tepatnya adalah kesadaran Natal bukan sebagai momen "konsumsi habis-habisan".  Begitu juga saya lebih memaknai Adven tanpa mengikuti ritual-ritual Natal yang sebaiknya tidak dilaksanakan saat masa Penantian. Lagian di kampung saya saat natal biasanya orang-orang mabuk dan berekelahi, entah apa hubungannya dengan kelahiran Yesus. Mirisnya, anak mereka lahir mereka tidak mabuk. Kok! Yesus lahir, mereka mabuk ya? Tapi bukan itu persoalannya, Bagi saya, jangan melewatkan masa penantian yang indah ini, dengan sikap dan hidup yang sederhana, serta mengoreksi diri. Jadi, Masih pentingkah Natal? Masih lah, siapa yang tidak kangen keluargan

Lukisan Vincent Van Gogh "Sorrowing Old Man"

Gambar
Lihat lukisan ini. Ekspresi yang sangat dalam. Seorang petani tua yang duduk nyaman dekat dengan kumpulan api yang menghangatkan. Sambil kedua telapak tangan memegang wajahnya. Saat-saat emosional seperti ini adalah saat di mana kehangatan mengingatkan akan kedekatan dengan "yang Ilahi". Tapi betapa sakitnya ketika Ia tak pernah diraih. Lukisan yang berjudul "Sorrowing Old Man" ini, dilukis Vincent Van Gogh saat dalam depresi begitu dalam. Dan sedikit saja yang saya tangkap dari maksud gambar ini adalah, si petani tua, miskin, bahkan depresi dapat memiliki suasana hati yang begitu emosional dan kerinduan akan kehangatanNya. Vincent Kalvin Wenno Yogyakarta 5 Desember 2013 Gedung Biblos UKDW

Vincent Van Gogh Sebuah Biografi Yang Tragis

Gambar
Saya sangat senang "mengunyam" dua buku tentang Vincent Van Gogh ini. Serasa mengunyam diri sendiri. Sambil terus bertanya, siapakah saya? siapakah saya di depan banyak orang? bergunakah saya di dunia? apa tujuan pengabdian saya?  Saya mal ah dibawa untuk menepis semua itu, dan masuk ke dalam alam yang melankolis, penuh bunga, bintang, dan berpasrah pada kekuasaan alam. Suatu alam eksentrik yang membawa senyum bagi orang yang tertidas, dan harapan bagi orang yang miskin. Saya sangat terlena dalam nuansa eksentrik Van Gogh dan tenggelam dalam gambarnya. Namun terus diajak menjadi orang yang realis. Menghadapi perjuangan yang tak kunjung berakhir. Saya juga bersyukur lukisan Van Gogh yang terdata sampai sekarang sekitar 1400an, paling tidak masih panjang hidup saya untuk mengunyam satu persatu lukisan dan surat serta cerita hubungannya. Saya malah baru belajar memahami tiga lukisannya. Dan akan menjadi empat di esok hari karna pemberian Bu Tina. Membaca buku-buku ini, meng

Sentuh RahimMu

Tuhan, berbisiklah kepadaku apa saja, Supaya hatiku tenang di saat hiruk pikuk, Tuhan, ceritakanlah satu cerita saat kau menimangku, cerita yang bisa membuat ku berhenti berteriak, dan meronta-ronta. Ceritakanlah satu ceriita seperti Engkau mengusapku,  saat aku menendang-nendang dalam rahimMu. Vincent Kalvin Wenno

Kajian (Teologi Spiritualitas dan Seni) Cerpen “Putu Menolong Tuhan”

Deskripsi Cerpen “Putu Menolong Tuhan Putu adalah anak perempuan kecil dalam cerita pendek “Putu menolong Tuhan.” Umurnya tidak dideskripsikan. Ibunya seorang pengajar (dosen?). Ayahnya seorang wartawan handal. Putu digambarkan sebagai anak yang kritis (cerdas?). Ia melemparkan pertanyaan-pertanyaan seputar kepercayaan (tradisi) ibunya yang ber-latarbelakang Bali.  Ibunya bahkan hanya bisa terdiam, ketika Putu bertanya “Tuhan itu bukan manusia. Apa Tuhan juga perlu makan seperti Putu?”. Putu bahkan menantang Ibunya untuk menguji Tuhan, “Apa Tuhan bisa juga Marah?” kata Putu. Selain menguji, Putu malah berniat untuk menolong Tuhan. Ibunya kembali hanya bisa terdiam.

Saya, Jermal, dan Anak Yang Hilang

Sabtu 19 November 2013, kami mengikuti kelas Teologi Spritualitas dan Seni. Penyaji kelas ini adalah seorang Professor yang biasa dipanggil EGS. Dan tema yang dibahas hari ini adalah sinematografi dan spiritualitas. Beberapa minggu lalu kami sudah menonton film yang berjudul “Jermal” sebagai bahan perkuliahan hari ini. Untuk itu sang Prof banyak bertanya dan memancing kami untuk membahas seputar film yang sudah kami tonton. Setelah kami menyampaikan pendapat (dipaksa), kini giliran sang Prof yang menganalisis film ini. Ia menghubungkan cerita dari film dan novel “Jermal” dihubungkan dengan perumpamaan “Anak yang Hilang.” Saya tidak ingin membahas lagi apa yang terjadi di kelas. Saya hanya bisa mengatakan di sini, betapa kekaguman saya ketika sang Prof begitu kreatif ketika menganalisis film Jermal dan perumpamaan di dalam Alkitab, dari sudut pandang yang tidak pernah kita semua pikirkan. Saya tidak hendak memuji atau “ menjilatnya,” toh! beliau (pasti) tidak membaca tulisan ini.

Ayah Yang Hilang

Dari dulu sudah hilang, jika dia adapun terasa hilang, entah kemana dia menghilang, namanya juga hilang, dia hilang dalam kehidupan anaknya hadir dalam kehidupan orang lain, mungkin itu yang namanya hilang, tidak ada di sini tapi ada di sana. tapi ia menghilang bukan hilang. ia tau kemana jalan pulang tapi tetap hilang..

Tangisan Natal (Puisi Natal)

Aroma wangi terpancar disana-sini Dentuman suara merdu terdengar menghibur hati Menunjukan kehadiran sang Ilahi Menembusi palungan hina yang tak tergambar kini  Langkah kaki kecil berlomba dengan hari Mencari hidup dari orang-orang yang dianggap punya kasih Akan hidup yang menjadi lebih berarti Tanpa mengerti mengapa semua ini harus terjadi Tangisan si Bayi kecil berlalu kini Diganti derita yang trus menari-nari Dengan tatapan hampa yang semakin tak terselami Apakah itu natal???? Apakah tangisan itu masih memiliki arti??? Tangisan di malam natal menjadi tanda berarti Natal ada untuk saling memberi dan saling berbagi!!!! Karya: Ardi Kisya

Mama (puisi natalku untuk mama)

Sebentar lagi natal, saatnya keluarga berkumpul. Tapi bukan keluarga kami, keluarga yang sudah terpisah. Mungkin hanya natal bersama mama, tapi kasih sayangnya menggantikan dia yang sudah pergi, Mama jadikanlah aku pengganti dia yang sudah pergi, pergi entah kemana,..... Janganlah cari dia lagi mama, jika kita punya Kristus, mengapa kita lagi menangis?

Ah ih uh eh oh -(refleksi perjalanan kuliah dengan gaya puisi)

Ah ih uh eh oh, rasanya sudah lama tak jumpa di dunia blog ini. Saya ingin share saja apa yang di dapat selama perjalanan kuliah di kota Jogja. Makan lesehan, tak ada uang angkringan pun jadi, nasi kucing jadi teman ribuan mahasiswa, nasi gudeg, ah kemahalan, belajar juga lesehan kalau sudah lelah kita ngesot, makan, lesehan juga, kalau sudah kenyang malas berdiri, ah ih uh eh oh, di jogja, baru hujan 3 hari lalu, panasnya minta ampun, debu dimana-mana, habis hujan panas lagi,  lebih baik jangan hujan. ah ih uh eh oh. UKDW, 2 November 2013 #vincent

Mengapa Katong Naik Parahu? (lia-lia ulang lagu Katong Naik Parahu)

Mengapa Katong Naik Parahu? (lia-lia ulang lagu Katong Naik Parahu)  Memulai lagu ini ada lirik "katong naik parahu, kaluar labuang e, hati su takaruang mau tinggalkan ambon e." membayangkan saja di Tahun ini meninggalkan Ambon dengan menggunakan parahu. Mau naik kapal saja skarang orang sudah pikir-pikir, apalai mau ke daerah yang jauh, misalnya saja ke Pulau Jawa. Berlayar di lautan akan memak an waktu yang lama dibandingkan dengan menggunakan transportasi Udara. Tapi kemungkinan lagu ini di tulis untuk orang yang berlayar dekat2 saja dari Ambon, misalnya saja dari Ambon ke Seram, Ambon-Buru, atau Ambon_PP.Lease & Banda. Hal ini di dukung oleh beberapa hal: 1. Dalam lirik ini menggunakan kata katong, katong yang dimaksud adalah dua orang saja, nona dan nyong "sio nyong pegang panggayo". dari hal ini tentunya bisa dipastikan bahwa yang berada dalam perahu dua orang. Satu perempuan dan satu laki. Sampai jauh manakah mereka berdua berlayar dengan perahu? Pasti t

Trans Jogja

Saya selalu menggunakan Trans Jogja sebagai transporatasi andalan. Maklumlah, saya tidak mempunyai kendaraan pribadi. Untuk itu, setiap melihat Halte Trans Jogja bagaikan melihat Mesin ATM.   Trans Jogja merupakan transportasi umum yang murah meriah. Bayangkan saja dengan Rp. 3000,- bisa membawa seseorang ke tempat tujuan. Coba saja menggunakan kendaraan lain, pasti lebih mahal khan?  Walaupun sebenarnya anda akan berjalan begitu jauh mencari Halte. Bersyukurlah bagi siapapun yang menggunakan jasa transportasi ini, dan akses ke halte sangat dekat.

Selebaran - Pernyataan Pelajar dan Mahasiswa Papua D.I. Yogyakarta Part 3

Usaha Penyelesaian Secara Damai/Kekeluargaan Demi Menyelamatkan Hak Berpendidikan Pelaku Setelah mereka ditahan Danrem 072 Pamungkas sempat datang ke Polres Sleman dan bertemu Kapolres beserta beberapa rekan Mahasiswa Papua. Setelah Danrem balik beberapa mahasiswa Papua beserta beberapa senioritas dan sesepuh Mahasiswa Papua di DIY sempat bertemu dengan Dandrem di Mabes Korem 072 Pamungkas di Malioboro dan mengusulkan penyelesaian persoalan secara damai, namun beliau menyatakan bahwa beliau tidak memiliki kewenangan untuk itu sebaliknya beliau menyatakan bahwa dia hanya bisa menyediakan tempat untuk pertemukan keuarga Ambon, keluarga Key, dan keluarga Papua untuk membicarakan persoalan ini. Setelah mendengar pandangan itu mereka langsung pulang, namun setelah dianalisis muncul pertanyaan bahwa siapa sebenarnya keluarga Ambon dan Key yang dimaksudkan Danrem itu? Pertanyaan itu kemudian mengarahkan padangan Mahasiswa Papua bahwa kami tidak memiliki masalah dengan keluarga Ambon da

Selebaran - Pernyataan Pelajar dan Mahasiswa Papua D.I. Yogyakarta Part 2

Kronologis Peristiwa Awalnya Fransiskus Adii, Kristian BallaTagihuma, Stenli Pekey, dan Bobi Soa datang ke Mini Market Full Time sesampainya di sana Fansiskus Adii “Membeli Bir Sedang” berjumlah 8 botol dengan menggunakan uang sendiri, minuma tersebut, Stenli dan Bobi hanya meminum satu stengah botol dan stegah botol lalu tertidur di kursi tempat mereka minum, sedangkan Fransiskus dan kristian yang mengahbiskan sisa minuman yang masih ada. Sehabis minum Kristian yang sudah tidak terkontrol dan masuk kedalam ruang mini Market Full Time dan tertidur didalamnya sedangkan fransiskus masuk kedalam kamar mandi untuk membasuh muka namun sempat tertidur beberapa menit di dalam. Pada saat itu datang dua orang yang berpakaian biasa dengan maksud yang kurang jelas apakah sebagai pembeli ataukah sebagai pengaman yang dihubungi oleh petugas Mini Market Full Time,

Selebaran - Pernyataan Pelajar dan Mahasiswa Papua D.I. Yogyakarta Part 1

Selebaran PERNYATAAN PELAJAR DAN MAHASISWA PAPUA DAERAH ISTIMEWAH YOGYAKARTA Pandangan Umum Persoalan Pidana yang dilakukan oleh dua mahasiswa papua pada tanggal 5 Mei 2013 lalu di Dalam ruangan Mini Market Full Time, seturan, Yogyakarta telah menjadi salah satu topik hangat di daerah istimewah Yogyakarta. Namun amat disayangkan karena wacana yang dibangunkan mengaraah pada arah yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan, seperti Isu Premanisme, Penganiyaan Menggunakan Golok oleh 4 orag Mahasiswa terhadap dua anggota TNI, dan lain sebagainya. Semuanya itu mejelaskan bahwa ada penyajian informasi yang tidak berimbang antara fakta dan peliputan sehingga melahirkan wacana yang keliru dan berujung pada diskriminasi berdasarkan wilayah menggunakan label-label tertentu seperti preman, perampok, tukang reseh, dll. Berkaitan dengan kondisi itu sehingga untuk meletakan wacana pada posisi sebenar-benarnya sesuai kenyataan yang terjadi maka kami akan menyajikan krono

Bisakah saya membuat orang tertawa?

Saya sangat sulit membuat orang lain tertawa. Kalau marah, mungkin saja. Namun, 1 bulan ini selama berada di Jogja saya bertemu dengan lingkungan yang cukup humoris. Saya pun sedikit tertular dengan situasi ini. Hal pertama yang saya tidak akan pernah lupa adalah diskusi yang terjadi saat menunggu wawancara untuk penentuan masuk Pascasarjana UKDW. Saat itu kami sedang duduk sambil menunggu nama dipanggil. Yah, yang disebut "kami" pun aneh karna kami yang duduk saat itu belum terlalu kenal begitu dekat.  Saat itu seorang dari grup kami berkata bahwa dia sangat takut. Ketakutannya adalah saat ia nanti tidak lulus. Salah seorang juga berkata: 

Terdampar ke Cabaret Show Yogyakarta - Mirota Batik Malioboro

Gambar
Mirota Batik Malioboro adalah salah satu tempat yang ramai pengunjung di antara berbagai tempat yang tersedia di Jalan Malioboro, Yogyakarta. Awalnya saya mengira ini adalah pusat perbelanjaan batik, dan berbagai barang-barang kesenian Jogja, padahal ini juga merupakan tempat hiburan. Tepatnya pada lantai 3, akan ada Cabaret Show setiap hari jumat dan sabtu malam. Malam minggu kemarin, teman saya mengajak ke Cabaret Show. Awalnya saya tidak mengetahui apa itu Cabaret Show, mungkin saja itu pertunjukan wayang atau kesenian daerah. Sesampainya di lantai 3, kami diberitahu petugas/penjaga pintu bahwa pertunjukan sudah mulai 30 menit, dan tidak ada tempat duduk lagi. Teman saya pun ngotot untuk masuk karena tak mau pulang sia-sia katanya. Ketika kami masuk, di dalam ruangan tersebut sudah dipenuhi dengan berbagai orang. Yang bisa membedakan mereka dalam ruangan yang dimatikan lampu hanyalah kulit. Semakin terang kulit semakin kelihatan siapa dia. Maklumlah sedang gelap karena show.

Mengikuti Jejak Pengamen dan Pengemis Malioboro

Berdasarkan info dari seorang (anonim) yang mengomentari tulisan saya sebelumnya mengenai Sisi Lain dari Jalan Malioboro , bahwa para pengemis dan pengamen itu bukan orang miskin. Bahkan ia mengusulkan untuk mengikuti kemana mereka pulang saat sore. Maka saya pun berinisiatif untuk melakukan petualangan kecil-kecilan untuk mencari tahu kemana para pengemis dan pengamen Jalan Malioboro pulang. Saya melakukan perjalanan menggunakan Trans Jogja dari Halte Soedirman 2, lucunya saya harus berdempetan dengan ibu-ibu yang saat itu juga berdiri. Semakin lucu ketika pintu Trans Jogja 1A waktu itu tidak bisa ditutup otomatis seperti biasa, sang penjaga pintu harus menggunakan kawat untuk menahan agar pintu tidak terbuka.

Sisi Lain Jalan Malioboro Yogyakarta

Hari kemarin saya baru saja menulis tentang Nasib Pingit di DIY. Kemudian hari ini saya melakukan perjalanan ke Malioboro sekedar mengisi waktu luang.  Jalan Malioboro sangat terkenal di Yogyakarta. Bahkan, seseorang tidak akan lengkap mengunjungi Yogyakarta jika belum pergi ke Malioboro. Sepanjang jalan, mulai dari Utara kita akan menjumpai banyak hal, pertokoan, Mall , tempat makan, pasar, orang berjualan pakaian dan berbagai kreasi batik, para pelancong mulai dari kulit yang putih hingga yang gelap. Semua bercampur dan begitu ramai di suatu jalan yang bernama Malioboro. Saya mencoba menikmati suasana sore yang ramai saat itu, dan memilih untuk duduk di tempat duduk di depan Benteng Vredeburg. Pada saat itu, tiba-tiba datang dengan cepat mobil Satpol-PP dan berhenti di depan pintu pagar benteng. Awalnya saya menghiruakan kejadian tersebut, karna saya berpikir mungkin saja Satpol PP ingin melakukan Refreshing di benteng. Tapi, tiba-tiba saja para ibu-ibu yang berjualan sate

Pingit, Terdampar di Ujung Utara Yogyakarta

Sudah hampir 1 Bulan saya menempati kamar kost-kostan yang berada pada daerah yang bernama Pingit. Tepatnya pada jalan Kyai Mojo. Beberapa ratus meter dari daerah ini berdekatan dengan pusat kota Yogyakarta. Ke arah Timur, berdekatan dengan Tugu Yogyakarta, sedangkan ke Selatan cukup berdekatan dengan Malioboro yang sangat terkenal dengan jalannya yang ramai.  Sungguh miris, bahwa daerah pingit menurut saya sungguh menjadi daerah yang menyulitkan. Sulitnya akses, terutama Halte Trans Jogja, karena halte terdekat berada jauh di selatan tepatnya dekat Samsat sedangkan ada juga Halte Diponegoro yang berada tepat dekat perempatan. Belum lagi kami harus mendengar ocehan supir taksi yang mengatakan bahwa lampu merah yang memiliki waktu terlama mungkin berada di perempatan tersebut.

Apa Arti Sahabat? Sahabat adalah Cermin

Stop lebay dengan mengatakan bahwa sahabat bagaikan pena, sahabat bagaikan jantung hati, sahabat bagaikan itu ini. Sahabat sejati mutlaknya adalah seperti "cermin". Mengapa? 1. Sahabat sejati akan mengatakan apapun yang dilihatnya, memuji kelebihan kita dan mengatakan kekurangan kita. Selayaknya cermin, sahabat sejati takkan pernah memaksa kita untuk menjadi apa yang diinginkannya. Ia mengatakan sesuatu untuk kita mengambil keputusan sendiri.

Papa, Aku Tidak Sempurna

Papa lihat aku, Pikirkan kembali dan bicara padaku  Apakah aku menjadi anak sesuai rencananmu? Dan kau pikir aku membuang-buang waktu melakukan hal-hal yang ingin ku lakukan? Dan sekarang aku berusaha keras untuk membuatnya  Aku hanya ingin membuatmu bangga.  Aku tidak bisa berpura-pura bahwa, aku baik-baik saja  Dan kamupun tak mengubah saya  Aku mencoba untuk tidak berpikir tentang rasa saki t dalam hati, tahukah kau bahwa kau ada untuk menjadi pahlawan? Semua hari-hari kau habiskan dengan ku, Sekarang tampak begitu jauh Dan rasanya seperti kau tidak peduli lagi...

Pria Dengan Sayap Patah

PRIA DENGAN SAYAP PATAH….. Kehidupan kita ibarat roket yang menuju luar angkasa. Tiap hari akan meningkat dan berkembang pemahaman dan sifat kita menjadi orang dewasa. Setiap hari juga kita dituntut untuk memahami setiap perjalanan yang terjadi. Namun, semuanya tergantung kita, apakah peningkatan kualitas hidup melaju seperti roket ataukah seperti burung yang patah sayapnya. Ideal dari kehidupan ini adalah menjadi seperti roket. Tetapi segelintir orang akan merasa bahwa ia akan menjadi apapun yang terbang dengan sayap yang patah. Begitu susahnya jika terbang menggunakan sayap yang patah. Bayangkan saja, apa yang terjadi jika salah satu sayap pesawat, atau burung di udara mengalami gangguan? Tentunya keseimbangan pesawat atau burung tersebut akan tidak stabil dan mungkin saja bisa jatuh karna gravitasi.

Petasan Natal, Good Bye.

PETASAN NATAL, GOOD BYE….! Sejatinya petasan dan alat bunyi-bunyian sudah menjadi bumbu utama dalam hari-hari besar agama atau pesta tertentu untuk meramaikan suasana. Mau dilarang atau di sita sama saja, tetap si petasan ini akan ada di mana-mana. Katanya: “kalau tidak ada bunyi petasan tak ramai suasana hari-hari besar agama terutama natal.” Ukuran petasan beragam, bunyinya pun beragam, harganya tentu beragam. Untuk membunyikannya perlu cara yang beragam, kecelakaan yang dihasilkan akibat penyalahgunaan atau ketidaksengajaan pun beragam, sampai ekspresi orang yang mendengar bunyi petasan pun beragam, ada yang terkejut, ada yang mungkin jantungan dsb.   Petasan makin lama mulai identik dengan natal, tidak heran di minggu-minggu Adven yang membutuhkan ketenangan dan kesiapan hati menyambut Tuhan yang akan dan sudah datang itu kemudian terganggu. Yah, apakah itu mungkin dampak karna kita merayakan di minggu natal? Petasan mungkin juga telah menjadi tanda bahwa “sekarang h