Sisi Lain Jalan Malioboro Yogyakarta
Hari kemarin saya baru saja menulis tentang Nasib Pingit di DIY. Kemudian hari ini saya melakukan perjalanan ke Malioboro sekedar mengisi waktu luang.
Jalan Malioboro sangat terkenal di Yogyakarta. Bahkan, seseorang tidak akan lengkap mengunjungi Yogyakarta jika belum pergi ke Malioboro. Sepanjang jalan, mulai dari Utara kita akan menjumpai banyak hal, pertokoan, Mall, tempat makan, pasar, orang berjualan pakaian dan berbagai kreasi batik, para pelancong mulai dari kulit yang putih hingga yang gelap. Semua bercampur dan begitu ramai di suatu jalan yang bernama Malioboro.
Saya mencoba menikmati suasana sore yang ramai saat itu, dan memilih untuk duduk di tempat duduk di depan Benteng Vredeburg. Pada saat itu, tiba-tiba datang dengan cepat mobil Satpol-PP dan berhenti di depan pintu pagar benteng. Awalnya saya menghiruakan kejadian tersebut, karna saya berpikir mungkin saja Satpol PP ingin melakukan Refreshing di benteng. Tapi, tiba-tiba saja para ibu-ibu yang berjualan sate kemudian mengangkat sate dan pemanggang berlarian kabur, begitu juga dengan para penjual souvenir. Dan kemudian, beberapa orang ditahan dengan barang dagangan. Entah apa yang terjadi, apakah itu penertiban? entahlah.
Kejadian ini sungguh menarik, di samping Malioboro menawarkan kemewahan dan dihiasindengan turis asing yang berjalan kesana kemari, seakan menunjukan kulit mereka yang begitu putih, ternyata jalan ini juga menunjukan sejuta realita yang orang-orang mungkin lupa karena realita tersebut berada dan bercampur dengan kemewahan yang ada.
Lihat saja di jalan tersebut, ada pengemis yang mungkin akan menghampiri anda saat anda melahap Nasi Gudeg di tenda-tenda di pinggir jalan. Entah bagaimana motif mereka dan apa yang melatarbelakangi namun pengemis itu tidak bisa menjumpai anda yang makan di MC D', JCO dll. Anda juga mungkin akan dihampiri dengan pengamen-pengamen yang setia menyanyikan lagu, baik itu orang dewasa, anak kecil, ibu-ibu, bahkan ibu yang membawa bayi yang sementara digendong sambil mengemis, Sungguh Tragis! oh iya, jika anda pernah ke jalan Malioboro anda pasti mengingat seorang pemuda yang mungkin buta, membawa speaker dan bernyanyi.
Jalan Malioboro merupakan jalan yang luar biasa, karena menampilkan budaya masyarakat Yogyakarta, tapi juga menampilkan realita masyarakat sekitar yang terkikis habis oleh keserakahan, dan harus mencari hidup dengan susah payah.
Akhirnya saya berkata, kunjungi dan lihatlah realitas yang terjadi di Jalan Malioboro.
Oh ia, ada cerita lagi ketika saya masih duduk sambil makan sate, ada seorang ibu dengan anak yang berusia sekitar 4 tahun menggunakan kerudung kuning datang menghampiri (ingin mengamen) tiga orang cewek yang juga menggunakan kerudung. Saat itu ketika anak kecil berkerudung kunung menyanyi, mereka mencari uang di dompet, tas. Dan memberikan kepada anak tersebut, mereka juga memanggil anak tersebut dan memangkunya, mencubitnya layaknya seperti boneka, bercanda dengannya, dan salah seorang mereka mengatakan dia imut. Kejadian itu sungguh TRAGIS!!!, mengapa karena sebelumnya ada seorang ibu tua renta, datang mengemis, mereka menolak dengan mengangkat tangan kanan seperti Polantas. Mereka juga mengangkat tangan kepada seorang pemuda yang kakinya patah yang ingin mengamen, mereka bahkan tidak memberi kesempatan baginya untuk bernyanyi. Begitu juga dengan bocah laki-laki dua orang yang ingin mengamen, mereka bahkan belum sempat menyanyi tapi sudah ditolak. Sungguh aneh memang,.....
Mas, mbak........percaya atau tidak, pqra pengemis dan atau pengamen jalanan itu bukan orang miskin. Kalau mas atau mbak gak percaya setelah sore sekitar pukul 4 atau 5 ikuti deh kemana mereka pulang, dan menjelma menjadi apa pd saat malam
BalasHapusinformasi yang menarik...
BalasHapus