Persahabatan - Part 2 (Sikap Penerimaan)
SIKAP PENERIMAAN
Kunci
eratnya persahabatan antara Yonatan dengan Daud ialah sikap yang dimiliki
Yonatan, yakni apa yang dilakukannya, lebih banyak dari apa yang tidak
ia lakukan. Lebih daripada itu, Yonatan adalah anak raja, jelas ia adalah ahli
waris tahkta kerajaan. Ia pejuang yang tangguh, dan pemimpin yang disanjung
oleh bangsanya. Sebaliknya, Daud masih muda; mungkin jauh lebih muda daripada
Yonatan. Ia seorang penggembala yang berasal dari keluarga yang kurang penting.
Kakaknya sendiri menjulukinya seorang yang masih hijau. Dapat saja Yonatan
bersikap begitu juga terhadap Daud, atau memandanginya sebagai saingan yang
kuat. Bagaimanapun ia telah melakukan apa yang dahulu dilakukan Yonatan. Atau
ia telah memandangnya sebagai prajurit yang baik, tetapi tidak patut menjadi
sahabat; terlalu muda, atau terlalu miskin bagi seorang putera mahkota untuk
menjadikannya kawan.
Yonatan
tidak menyambut Daud dengan cara yang tersebut di atas. Sikapnya terhadap Daud
adalah penerimaan yang segera. Saul terkesan dengan silsilah Daud (1 Sam
17:55), tetapi Yonatan hanya memperhatikan sifatnya. Ia tidak minta kepada Daud
untuk membuktikan diri atas kelayakannya, tetapi seperti yang dikatakan Daud,
Yonatan mengenalnya sebagai sesama orang percaya dan Yonatan segera
menerimanya. Dasarnya ialah iman mereka yang sama kepada Allah Israel.
Perlu
kita sadari bahwa cara pendekatan orang dunia sangat berbeda dengan cara
pendekatan orang percaya. Orang dunia lebih dahulu membatasi diri, ketika
berhadapan dengan orang lain untuk melihat apakah mereka "cukup layak di
terima" atau tidak. Mereka bertanya, "Apakah orang-orang itu sederajat
dengan saya? Apakah mereka tinggal di kawasan terhormat? Apakah mereka belajar
di Sekolah yang baik? Apakah mereka melakukan apa yang saya perbuat?" dan
sebagainya.. Sebaliknya, orang beriman yang taat kepada Kristus mematuhi titah
yang baru: "Kamu saling mengasihi; sama seperti Aku mengasihi kamu"
(Yohanes 13:34).
Perintah
Yesus itu sangat mengubah hubungan saya dengan orang lain karena ada makna
dalam perintah itu sendiri, yakni saya harus menyambut saudara-saudara seiman
justru sebelum saya mengenal mereka. Tuhan Yesus telah menerima mereka, dan
saya diperintahkan untuk melaksanakan kasih yang benar terhadap mereka, sebelum
mereka lulus ujian yang saya berikan, apakah mereka layak diterima atau tidak.
Prinsip itulah yang terdapat dalam Roma 15:7 - "Sebab itu terimalah satu
akan yang lain, sama seperti Kristus juga yang telah menerima kita, untuk
kemuliaan Allah."
Bersambung
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih kepada sobat sekalian yang sudah masuk ke blog ini. Jangan lupa untuk komentar ya.