Persahabatan - Part 1 (Sekuntum Mawar Persembahan Sejati)
SEKUNTUM MAWAR PERSAHABATAN SEJATI
Hudson Taylor tiba di
persimpangan jalan. Sesungguhnya, itu lebih mirip jalan buntu. Ia baru berumur
23 tahun dan selama dua tahu ia telah bekerja sebagai Utusan Injil di negeri
Cina. Tetapi waktu itu ia sangat kecewa terhadap Badan yang mengutusnya sebagai
utusan gerejawi. Badan itu tidak dapat menepati janji untuk meneruskan sokongan
atau jaminan. Ia juga kecewa karena para utusan gerejawi yang lama mengecam
metode Hudson Taylor yang dianggap tidak lazim.
Namun,
ada dua buah pukulan yang menghancurkan semangat Hudson. Yang pertama ialah
surat dari teman gadisnya di Inggris yang menyebabkan ia kuatir bahwa wanita
itu tidak mencintainya lagi. Pukulan yang lain ialah perintah dari Kedutaan
Inggris agar ia menghentikan pekerjaannya sebagai Utusan Injil dalam
kota.
"Ibuku,
yang kuksihi," tulisannya dalam surat, "hatiku sedih, sedih, sedih.
Aku tak tahu apa yang harus kulakukan."
Dalam
keadaan seperti itu, Allah memberikan kepada Hudson Taylor seorang teman. Ia
seorang Utusan Injil berhati emas yang berasal dari Skotlandia. Ia adalah
William Burns yang kira-kira 20 tahun lebih tua daripadanya. Burns mengerti
bahwa Taylor sangat membutuhkan seseorang teman. Ia mendorong Taylor untuk
mempercayakan persoalannya dalam tangan Tuhan dan menantikan kebaikanNya,
pimpinanNya dan pertolonganNya. Selama tujuh bulan mereka mengadakan
perjalanan, berkhotbah dan berdoa bersama-sama. Pengalaman mereka dalam
bulan-bulan itu meniggalka kesan yang tak terhapuskan dalam diri Hudosn Taylor.
Secara
manusia boleh dikatakan, pelayanan Hudson Taylor tak akan pernah sedemikian
besar pengaruhya tanpa persahabatannya dengan William Burns. Ia memang bukan satu-satunya
orang yang menyebabkan Taylor mejadi hamba Tuhan, tetapi ia adalah faktor
yang sangat menentukan.
Sesungguhnya
kita membutuhkan seseorang sahabat yang saleh dan tangguh kalau kita ingin
menjadi Hamba Allah yang sesuai dengan kehendakNya. Dalam kehidupan Kristen tak
ada orang yang disebut pejuang -sendirian. Kita membutuhkan orang lain. Seperti
Raja Sulaiman mengingatkan kita, "Berdua Lebih Baik, daripada seorang
diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena
kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang
jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!" (Pkh 4:9-10).
Salah
sebuah pernyataan Alkitab yang paling membangkitkan minat mengenai persahabatan
dapat kita temuakan dalam Amsal 18:24: "Ada teman yang mendatangkan
kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang
saudara." Dalam naskah Ibrani pernyataan itu diungkapkan dengan
lebih jelas. Kata kecelakaan berarti "diguncang dengan hebat
sehingga hancur berkeping-keping."
Kitab
Suci menggambarkan orang yang dikelilingi oleh banyak teman dan kenalan, namun
sebaliknya pada saat itu ia mengalami kesulitan, justru ia hancur
berkeping-keping karena tidak ada seorang pun di antara mereka yang dapat
diandalkan karena semua berpamrih. Persahabatannya luas, tetapi tidak mendalam.
Agar
dapat mempelajari prinsip dasar dalam membangun persahabatan secara mendalam
dan memuaskan, mari kita meneliti persahabatan antara Yonatan dan Daud.
Ketika Saul melihat
Daud pergi menemui orang Filistin itu, berkatalah ia kepada Abner, Panglima
Tentaranya: "Anak siapakah orang muda itu, Abner?". Jawab Abner:
"Demi tuanku hidup, ya raja, sesungguhnya aku tidak tahu." Kemudian
raja berkata: "Tanyakanlah, anak siapakah orang muda itu." Ketika
Daud kembali sesudah mengalahkan orang Filistin itu, maka Abner memanggilnya
dan membawanya menghadap Saul, sedang kepala orang Filistin itu masih ada di
tangannya. Kata Saul kepadanya: "Anak siapakah engkau, ya orang
muda?" Jawab Daud: "Anak hamba tuanku, Isai, orang Betlehem
itu."
Ketika Daud habis
berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan
mengasihi dia seperti jiwanya sendiri. Pada hari itu Saul membawa dia dan tidak
membiarkannya pulang ke rumah ayahnya. Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud,
karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri. Yonatan menanggalkan jubah
yang dipakainya, dan memberikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai
pedangnya, panahnya dan ikat pinggangnya. Daud maju berperang dan selalu berhasil
ke mana juga Saul menyuruhnya, sehingga Saul mengangkat dia mengepalai para
Prajurit. Hal ini dipandang baik oleh seluruh rakyat dan juga oleh
pegawai-pegawai Saul." (1Sam 17:55-18:5).
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih kepada sobat sekalian yang sudah masuk ke blog ini. Jangan lupa untuk komentar ya.