Saya, Jermal, dan Anak Yang Hilang

Sabtu 19 November 2013, kami mengikuti kelas Teologi Spritualitas dan Seni. Penyaji kelas ini adalah seorang Professor yang biasa dipanggil EGS. Dan tema yang dibahas hari ini adalah sinematografi dan spiritualitas. Beberapa minggu lalu kami sudah menonton film yang berjudul “Jermal” sebagai bahan perkuliahan hari ini. Untuk itu sang Prof banyak bertanya dan memancing kami untuk membahas seputar film yang sudah kami tonton. Setelah kami menyampaikan pendapat (dipaksa), kini giliran sang Prof yang menganalisis film ini. Ia menghubungkan cerita dari film dan novel “Jermal” dihubungkan dengan perumpamaan “Anak yang Hilang.” Saya tidak ingin membahas lagi apa yang terjadi di kelas. Saya hanya bisa mengatakan di sini, betapa kekaguman saya ketika sang Prof begitu kreatif ketika menganalisis film Jermal dan perumpamaan di dalam Alkitab, dari sudut pandang yang tidak pernah kita semua pikirkan. Saya tidak hendak memuji atau “menjilatnya,” toh! beliau (pasti) tidak membaca tulisan ini.
Apa yang menyentuh saya?
Berbeda dengan kuliah-kuliah sebelumnya, kali ini saya memberanikan diri bertanya kepada beliau berdasarkan pengalaman pribadi saya. Mungkin pertanyaan itu “dangkal” bagi orang lain, tapi sangat penting bagi saya. Yang saya tanyakan, Apakah Jaya harus menjadi jahat baru Johar (ayahnya) berubah? Mengapa si sulung (dalam perumpamaan anak yang hilang) tidak di hargai? Apakah kita lebih menghargai orang yang jahat dan berubah menjadi baik dibandingkan dengan orang yang mempertahankan kebaikannya?  
Berdasarkan pertanyaan itu beliau memancing teman-teman untuk berdiskusi. Dan yang terakhir, beliau menyampaikan pendapatnya. Saya hanya ingin menyampaikan pendapat yang menyentuh saya. Karena pendapatnya sangat kaya dan beragam. Dari prespektif yang saya tangkap beliau berkata, untuk si sulung dan si bungsu. Orang yang seperti si sulung untuk apa lagi diperhatikan? Ia kan sudah oke. Yang harus diperhatikan adalah si bungsu, ia masih butuh perhatian.

Berlanjut………………..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Liturgi (Tata Ibadah) Natal Sekolah

Lonceng Natal - Puisi Natal Anak

Alkitab Sebagai Dasar dari Konseling Pastoral - Part 1