Petasan Natal, Good Bye.
PETASAN NATAL, GOOD BYE….!
Sejatinya
petasan dan alat bunyi-bunyian sudah menjadi bumbu utama dalam hari-hari besar
agama atau pesta tertentu untuk meramaikan suasana. Mau dilarang atau di sita
sama saja, tetap si petasan ini akan ada di mana-mana. Katanya: “kalau tidak
ada bunyi petasan tak ramai suasana hari-hari besar agama terutama natal.”
Ukuran
petasan beragam, bunyinya pun beragam, harganya tentu beragam. Untuk membunyikannya
perlu cara yang beragam, kecelakaan yang dihasilkan akibat penyalahgunaan atau
ketidaksengajaan pun beragam, sampai ekspresi orang yang mendengar bunyi
petasan pun beragam, ada yang terkejut, ada yang mungkin jantungan dsb.
Petasan
makin lama mulai identik dengan natal, tidak heran di minggu-minggu Adven yang
membutuhkan ketenangan dan kesiapan hati menyambut Tuhan yang akan dan sudah
datang itu kemudian terganggu. Yah, apakah itu mungkin dampak karna kita
merayakan di minggu natal?
Petasan
mungkin juga telah menjadi tanda bahwa “sekarang hari natal.” Dengan
membunyikan petasan, mungkin saja si pembakar petasan ingin menyatakan kepada
orang lain bahwa “Yesus lahir.” Padahal andai saja saat Yesus lahir kita semua
membakar petasan, maka lihat saja ekspresi Bayi Mungil mendengar bunyi seperti
itu, Ia pasti menangis bahkan ketakutan. Tapi itu bukan berarti kita dituntut
untuk melakukan segala sesuatu yang memuaskan hati Tuhan Yesus di hari itu.
Marilah
kita mencontohi kelahiran Yesus beberapa ribu tahun yang lalu. Kelahiran Yesus
merupakan kelahiran anak seperti biasanya. Bahkan tidak ada yang indah nan
permai. Yang ada adalah kesedarhanaan yang unik dimana Yesus lahir di tempat
hewan. Untuk menyatakan kelahirannya di hari itu, Allah memberdayakan
orang-orang untuk datang menyembahnya. Lihat saja ada bintang yang diikuti si
ahli bintang yaitu orang Majus, ada gembala yang diberitahu malaikat. Mereka
semua datang menyembah Yesus di tengah suasana yang khidmat.
Kembali
lagi soal petasan. Hari pertama berada di Negeri Porto yang baru saja mengalami
konflik dengan Negeri Haria yang merupakan kampung tetangga, tentu mendapatkan
pengalaman yang berharga. Di sini, terdapat larangan untuk membunyikan petasan
atau meriam bambu. Karena mungkin hal ini akan membuat Aparat Keamanan akan
sulit membedakan mana tembakan senjata dan bunyi petasan atau meriam. Tentunya
larangan ini semakin diperketat karena seminggu lagi akan natal. Akhirnya,
bertahun-tahun lalu kebiasaan membunyikan petasan menjelang natal tidak ada di
tahun dan bulan desember 2012.
Mungkin
ini akan menjadi suasan adven yang baik, dimana semuanya tenang, tenag dan
sunyi karna memang sedang tegang. Tegang karna memiliki tetangga yang tentu
saja dianggap sebagai lawan. Semoga tenang itu berubah, karna kita semua akan
menyambut kedatanga “Tuhan Yesus Kristus.”
Semoga Bermanfaat !!!!
Salam Damai……………………….
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih kepada sobat sekalian yang sudah masuk ke blog ini. Jangan lupa untuk komentar ya.