Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2013

Sentuh RahimMu

Tuhan, berbisiklah kepadaku apa saja, Supaya hatiku tenang di saat hiruk pikuk, Tuhan, ceritakanlah satu cerita saat kau menimangku, cerita yang bisa membuat ku berhenti berteriak, dan meronta-ronta. Ceritakanlah satu ceriita seperti Engkau mengusapku,  saat aku menendang-nendang dalam rahimMu. Vincent Kalvin Wenno

Kajian (Teologi Spiritualitas dan Seni) Cerpen “Putu Menolong Tuhan”

Deskripsi Cerpen “Putu Menolong Tuhan Putu adalah anak perempuan kecil dalam cerita pendek “Putu menolong Tuhan.” Umurnya tidak dideskripsikan. Ibunya seorang pengajar (dosen?). Ayahnya seorang wartawan handal. Putu digambarkan sebagai anak yang kritis (cerdas?). Ia melemparkan pertanyaan-pertanyaan seputar kepercayaan (tradisi) ibunya yang ber-latarbelakang Bali.  Ibunya bahkan hanya bisa terdiam, ketika Putu bertanya “Tuhan itu bukan manusia. Apa Tuhan juga perlu makan seperti Putu?”. Putu bahkan menantang Ibunya untuk menguji Tuhan, “Apa Tuhan bisa juga Marah?” kata Putu. Selain menguji, Putu malah berniat untuk menolong Tuhan. Ibunya kembali hanya bisa terdiam.

Saya, Jermal, dan Anak Yang Hilang

Sabtu 19 November 2013, kami mengikuti kelas Teologi Spritualitas dan Seni. Penyaji kelas ini adalah seorang Professor yang biasa dipanggil EGS. Dan tema yang dibahas hari ini adalah sinematografi dan spiritualitas. Beberapa minggu lalu kami sudah menonton film yang berjudul “Jermal” sebagai bahan perkuliahan hari ini. Untuk itu sang Prof banyak bertanya dan memancing kami untuk membahas seputar film yang sudah kami tonton. Setelah kami menyampaikan pendapat (dipaksa), kini giliran sang Prof yang menganalisis film ini. Ia menghubungkan cerita dari film dan novel “Jermal” dihubungkan dengan perumpamaan “Anak yang Hilang.” Saya tidak ingin membahas lagi apa yang terjadi di kelas. Saya hanya bisa mengatakan di sini, betapa kekaguman saya ketika sang Prof begitu kreatif ketika menganalisis film Jermal dan perumpamaan di dalam Alkitab, dari sudut pandang yang tidak pernah kita semua pikirkan. Saya tidak hendak memuji atau “ menjilatnya,” toh! beliau (pasti) tidak membaca tulisan ini.

Ayah Yang Hilang

Dari dulu sudah hilang, jika dia adapun terasa hilang, entah kemana dia menghilang, namanya juga hilang, dia hilang dalam kehidupan anaknya hadir dalam kehidupan orang lain, mungkin itu yang namanya hilang, tidak ada di sini tapi ada di sana. tapi ia menghilang bukan hilang. ia tau kemana jalan pulang tapi tetap hilang..

Tangisan Natal (Puisi Natal)

Aroma wangi terpancar disana-sini Dentuman suara merdu terdengar menghibur hati Menunjukan kehadiran sang Ilahi Menembusi palungan hina yang tak tergambar kini  Langkah kaki kecil berlomba dengan hari Mencari hidup dari orang-orang yang dianggap punya kasih Akan hidup yang menjadi lebih berarti Tanpa mengerti mengapa semua ini harus terjadi Tangisan si Bayi kecil berlalu kini Diganti derita yang trus menari-nari Dengan tatapan hampa yang semakin tak terselami Apakah itu natal???? Apakah tangisan itu masih memiliki arti??? Tangisan di malam natal menjadi tanda berarti Natal ada untuk saling memberi dan saling berbagi!!!! Karya: Ardi Kisya

Mama (puisi natalku untuk mama)

Sebentar lagi natal, saatnya keluarga berkumpul. Tapi bukan keluarga kami, keluarga yang sudah terpisah. Mungkin hanya natal bersama mama, tapi kasih sayangnya menggantikan dia yang sudah pergi, Mama jadikanlah aku pengganti dia yang sudah pergi, pergi entah kemana,..... Janganlah cari dia lagi mama, jika kita punya Kristus, mengapa kita lagi menangis?

Ah ih uh eh oh -(refleksi perjalanan kuliah dengan gaya puisi)

Ah ih uh eh oh, rasanya sudah lama tak jumpa di dunia blog ini. Saya ingin share saja apa yang di dapat selama perjalanan kuliah di kota Jogja. Makan lesehan, tak ada uang angkringan pun jadi, nasi kucing jadi teman ribuan mahasiswa, nasi gudeg, ah kemahalan, belajar juga lesehan kalau sudah lelah kita ngesot, makan, lesehan juga, kalau sudah kenyang malas berdiri, ah ih uh eh oh, di jogja, baru hujan 3 hari lalu, panasnya minta ampun, debu dimana-mana, habis hujan panas lagi,  lebih baik jangan hujan. ah ih uh eh oh. UKDW, 2 November 2013 #vincent